Kamis, 21 Juli 2011

I Love You...


Pernahkah Anda bereksperimen dengan 3 kata I-LOVE-YOU ini pada pasangan Anda ? 
(Haduuh, sebetulnya, aku kurang suka dengan kata "bereksperimen" di atas, seolah pasangan kita adalah kelinci percobaan. Tapi, sungguh deh, aku gak tahu lagi padanan kata lain yang sesuai untuk mengungkapkannya.......dan sungguh, bukan...bukan maksudku untuk menjadikan pasangan kita sebagai kelinci percobaan)

 Hanya saja aku ingin bercerita bahwa aku pernah melakukan ini.....

Pada Selasa malam di tahun 2009, pukul 20.30. Ketika aku terbenam dalam kesendirianku di kamar ditemani suara radio kesayanganku, WomanRadio 94.3FM Jakarta dan ketika penyiar favoritku Mas Sigit Risat bersuara “Baiklah para pendengar setia dimanapun Anda berada .. sekarang saatnya saya akan mengajak Anda melakukan sesuatu pada pasangan Anda. Silakan ambil HP Anda dan tunggu beberapa saat hingga saya memberikan aba – aba selanjutnya.”

HP ku kebetulan tergeletak tepat di hadapanku, tapi aku tidak berminat untuk menggenggamnya dan menuruti aba – aba dari sang penyiar hingga kemudian kudengar, “OK … HP kini ada di tangan Anda, Sekarang coba ketikkan “ I LOVE YOU” dan segera kirim SMS tersebut ke pasangan Anda. Tidak perlu Anda tambahkan lagi dengan kata – kata lain. Kaku ? Biarkan saja....Nanti akan kita lihat bersama – sama seberapa dahsyatnya 3 kata itu bagi hubungan Anda dan pasangan.”

Sepertinya menarik juga, demikian hatiku berkata. 

Akhirnya, kuraih HP di atas meja di hadapanku. Kuketikkan kata I LOVE YOU, semuanya dengan huruf besar. “Jika sudah selesai Anda ketikkan, segera kirimkan sms tersebut untuk pasangan Anda.” Demikian suara sang penyiar kembali berujar.

Aku sudah selesai mengetikkan SMSku, segera saja kutekan tombol SEND dan terkirimlah SMS ku ke nomor Suamiku. Belum sampai 5 menit tiba – tiba :

Gambar diambil dari Google


“ Asiiiiiiiiiiiiiiikkkk … I LOVE YOU TOO HONEY !”

Secepat itukah balasannya?

Subhanallah !

Satu menit kemudian, Suamiku bahkan meneleponku balik. Selain sms cinta yang ia balas kirim untukku, ternyata ia juga ungkapkan kata cintanya secara langsung melalui teleponnya !!!

Apa reaksiku ?

Ketika itu aku menangis.

I LOVE YOU yang kukirim, ternyata membuatnya begitu bahagia, aku tahu pasti begitu mendengar nada suaranya. Tiga kata dahsyat tersebut membuatku menitikkan air mata. Seolah tersadar, bahwa selama ini aku - amat -  sangat - jarang mengungkapkan perasaanku pada suami. Setiap detik sms yang kukirim seringnya berbunyi : “Mas tolong ini … Mas, bisa bantu aku enggak ? … Mas tolong itu … Mas keberatan enggak kalo begini … “ Semua sms yang kukirimkan hanyalah berupa P-E-R-M-I-N-T-A-A-N, pun suamiku tak pernah keberatan. Bahkan pernah pula, suatu saat suami meneleponku namun apa yang kukatakan padanya ? “Sebentar ya Sayang, nanti kutelepon lagi, masih tanggung nih !!“ Kemudian kuakhiri telepon darinya, untuk kulanjutkan lagi pekerjaanku kala itu. Ckckckckck...... Setelah waktuku luang, dan kutelepon balik suamiku, tentunya diiringi permintaan maafku padanya, sedikitpun suamiku tak pernah marah padaku.

Waktu itu aku dengar beberapa pendengar mengungkapkan betapa mereka sedih dan kecewa karena pasangan mereka malam itu telah tertidur pulas karena lelah setelah seharian bekerja, sehingga mereka tak tahu bagaimana reaksinya. Bahkan ada salah seorang pendengar yang mendapat reaksi seperti ini dari pasangannya :”Kamu kenapa sih Mam? Kok tumben ngirim mesej I LOVE YOU buat aku. Lagi demam ya badanmu, mau tumbuh gigi kali !!!”. 

Apa yang kudapat dari suamiku harusnya kusyukuri.

Tiga kata “I LOVE YOU” kembali menyadarkan diriku. Hellooo! Alhamdulillaah, ku punya seorang pria setia yang selalu ada di sisiku yang akan merasa teramat bahagia manakala kuucapkan I LOVE YOU untuknya.  Tiga kata dahsyat itu sanggup menyadarkan betapa egoisnya aku selama ini terhadap suamiku, pasangan hidupku. Tiga kata tersebut memang simple, hanya terdiri atas 8 huruf, bila ku ketik 8 huruf tersebut melalui HPku maka tak akan menghabiskan waktu 1 menit, dan bila ku ucap 3 kata tersebut langsung dari bibirku maka tak akan menghabiskan waktu 5 detik. Namun mengapa jarang sekali kuhadiahkan 3 kata tersebut untuk pasangan jiwaku? 

MAAFKAN AKU YA SAYANG......
***





Sabtu, 16 Juli 2011

Belajar Dari Pak Tarjo

“Srooot…srott…srott..srooooot”

Ahh….itu suara alat penyerut kayu yang sedang digunakan Pak Tarjo.  Mengalihkan perhatianku yang kebetulan sedang duduk tak jauh dari situ.  Lantai berserakan serutan – serutan kayu, terus saja bertambah karena Pak Tarjo belum berhenti menyerut.

Pak Tarjo menyerut kayu dan aku terpaku pada prosesnya. Permukaan kayu yang semula kasar, perlahan dan hati – hati diseruti hingga bersisa permukaan yang  lebih halus. Begitulah yang namanya proses penyerutan. Seperti yang aku kutip dari Semua Tentang Kayu bahwa penyerutan prinsipnya adalah membersihkan permukaan kayu dari cacat / cuttermark dan meratakan permukaan kayu sehingga seluruh permukaan sama tinggi dan membuat keempat sisi kayu bersudut 90 derajat.

 Lamunanku pun terbang. Teringat akan berbagai peristiwa hidup.

 Hmmmmppffhht……

Aku menghela nafas.

Mungkin seperti itukah maksud Tuhan pada kita umatNya terutama saat manusia sedang ditimpa uji dan coba? Tuhan bagai sedang menyeruti hambaNya dengan tiap uji dan coba yang kadang terasa tidak menyenangkan hingga bahkan darah dan airmata terberai bagai serutan kayu berserakan memberantaki lantai……. Namun akhirnya pada kayu hanya halus rupa yang bersisa, seperti itu pulalah yang terjadi pada manusia atas kehendakNya ?


***

“Sroot…srott….sroot !”
Ahh….suara alat penyerut kayu yang sedang digunakan Pak Tarjo membuatku tersadar dari lamunan.
Kini, ganti Pak Tarjo yang menjadi pusat perhatianku.

Pria berusia menjelang 40 tahun ini memiliki perawakan tubuh yang tinggi dalam balutan kulit sawo matangnya. Tutur katanya halus, dengan volume suara yang selalu lembut. Profesinya ? Pekerja Serabutan : "Serabut sana, serabut sini ... apa saja asalkan halal dan menghasilkan" begitu katanya. Jadi, tak usah heran jika pada satu waktu ia tampak sedang mengecat tembok rumah seseorang di bilangan Jakarta, di waktu lain ia sudah melesat ke seberang pulau karena seseorang menyewa jasanya untuk mengangkuti tiang- tiang besi yang beratnya bisa berkilo - kilo itu dan merangkainya bersama teman - temannya yang lain menjadi sebuah tenda. Beberapa minggu kemudian, ia sudah kembali lagi ke Jakarta berada di sela - sela belukar dan rerumputan pada sebuah taman milik seseorang hanya untuk membersihkan bangkai tikus beraroma menyengat. Detik berikutnya ia sudah "terbang" lagi ke atas sebuah rumah lain membetulkan atap yang bocor.

Aktivitasnya menyeruti kayu di siang hari itu, diawali oleh satu episode yang membuat kami sekeluarga mengelus dada .

Bagaimana tidak ?

Di siang hari yang sangat terik itu, ketika sang surya tak lagi malu menampakkan sinarnya, Pak Tarjo diam - diam berjalan perlahan sambil memanggul 2 batang kayu sekaligus di atas pundaknya, masing - masing kayu berukuran panjang sekitar 3 atau 4 meter. Ia terus saja berjalan, tak peduli peluh yang menderas, tak digubris dahaga yang memuncak, ia hanya terfokus untuk memanggul batangan kayu tersebut dengan sangat hati- hati agar jangan sampai mengenai orang lain atau kendaraan yang lalu lalang di pinggir jalan raya yang ramai itu. Tujuannya adalah menuju rumah keluarga kami yang berjarak 2,5 km dari tempatnya membeli batangan kayu tersebut, padahal kami sekeluarga tak ada yang menyuruhnya berjalan kaki. Kebetulan, siang itu tak tampak 1 pun becak yang lewat / mangkal, dan gerobak si tukang kayu sedang dipakai mengantar kayu pesanan, begitu alasannya ketika ia kami tanya. Pak Tarjo tak mau membuang waktu menunggu, lantas diangkat & dipanggulnya sendiri kedua kayu tadi, sekaligus ! Pastinya dengan bobot total yang cukup dapat membuat punggung berteriak : "nyeri !" seandainya punggung dapat berbicara.

 Ahh… Pak Tarjo !

Siapakah Pak Tarjo 9 tahun silam ?

Menelusur lagi jejaknya di tahun 2001, ternyata Pak Tarjo adalah seorang mantan penikmat sakit yang dititipkan AllahSWT padanya. Kedua kakinya secara tiba - tiba saja mengalami kelumpuhan, tanpa ia pernah tahu apa penyebabnya karena tak ada kesempatan untuk mencari tahu, pengobatan medis tak mampu ia jalani, kursi roda pun tak mampu ia beli, malangnya Pak Tarjo : lagi - lagi terbentur masalah finansial. Yang dilakukan Pak Tarjo hanyalah menikmati kehidupannya di atas tempat tidur berkasur tipisnya. Jika ia merasa jenuh, dengan teramat susah payah sambil dibantu keluarganya, ia mencoba turun dari tempat tidurnya, "merayap" di lantai dan melihat dunia luar melalui teras rumah Pamannya. Telah kenyang dirinya dicacimaki para tetangga kanan & kiri dengan berbagai julukan. Tapi Subhanallah ! Kesabarannya ternyata berbuah manis. 3 tahun hidup dalam gelimpangan derita, AllahSWT pun memberinya mukjizat kesembuhan hingga ia menjadi Pak Tarjo yang sekarang ini, dengan tubuh tegap dan kekarnya, tak menyisakan sedikitpun guratan derita yang pernah dialaminya bertahun - tahun silam. Ketika ditanya mengapa ia masih berani bekerja sekeras itu, bahkan dengan mengambil resiko memanggul beban - beban berat setelah apa yang terjadi padanya tempo dulu ? Bukan jawaban "karena tak ada pilihan lain" yang terdengar, melainkan : "aku harus mensyukuri kesembuhanku, atas harta berharga yang masih kumiliki : Istri & Anak - anakku dan menafkahi mereka semampu yang kubisa adalah wujud syukurku." itu jawaban yang dituturnya.

Siang itu, aku terpaku saja melihat sosoknya menyeruti kayu.

Sosok yang selalu mengingatkanku untuk terus bersyukur atas apapun pemberian Illahi…apapun.

Foto diambil dari Google

Jumat, 15 Juli 2011

Antara Aku, Lewat Tengah Malam & Salad Buah Yoghurt

Menjelang tengah malam, kantuk belum jua menerpa, namun rasa lapar semakin kuat mencengkeram. Yak !!! Konsentrasiku pun sukses buyar !

Otakku mulai sibuk mengabsen penjaja makanan atau minuman yang kerap lewat, seperti : nasi goreng ”tek tek”, sekoteng, sate padang hingga yang mangkal di dekat rumahku, seperti : penjaja nasi kucing atau penjaja minuman susu jahe hangat. Hmmmm…..

Jika saja tidak ingat akan “dosa – dosa lemak” yang telah menumpuk, jika saja ingin menuruti nafsu keinginan, pastinya kuturuti saja keinginan jajan di tengah malam itu.

Ohhh tapi….. Tidak ! Tidak ! Tidaaak !

Bergegas, aku beranjak keluar kamar dan berjalan mendekati lemari es yang terletak di depan dapur rumah kami, tak jauh dari kamarku. Kuambil dari dalamnya beberapa buah - buahan, lalu dengan kedua tangan sibuk mencengkeram buah – buahan tadi,  perlahan aku melangkah memasuki dapur.

Ketika memasuki ruang ini, dalam hati aku selalu tersenyum sendiri. Hehehe…. Betapa tidak ? Banyak cerita terangkum di sini. Banyak kegaduhan yang kami ciptakan sebagai bagian dari prosesku :  belajar memasak ! Hehehe…..  Seru !!

Dan rasa laparku malam itu, menggerakkan hasratku untuk membuat sesuatu berbahan dasar makanan sehat (paling tidak, kategori sehat menurutku pribadi sih, hehehe)

Kucuci semua bahan yang ada, hingga kurasa bersih, hingga kurasa layak untuk  kumakan. Kupetiki beberapa kuntum buah anggur hijau dan merah, kubelah – belah dan kumasukkan dalam gelas. Begitupun dengan 1 buah apel. Aku cuci dengan air mengalir, hingga betul – betul bersih, kulitnya pun aku kupasi dan dagingnya yang berwarna putih menggoda itu pun kubelah serta kuiris kecil – kecil. Lantas, aku ambil 1 buah jeruk. Kukupas kulitnya, lalu daging buahnya pun aku belah kecil – kecil untuk kumasukkan dalam  gelas saji. Tak lupa, aku berikan beberapa iris agar – agar jeli berwarna merah. Dan terakhir, sebagai sausnya, aku siramkan yoghurt dengan rasa “mix fruit”. Voila !

Selesai membuat Salad Buah Yoghurt, aku berjalan keluar dapur dan menuju ruang makan kami yang letaknya berhadapan dengan dapur. Kuletakkan gelasku di atas meja makan, lalu aku pun duduk. Ketika itu, waktu telah menunjuk pukul 00.41 dini hari. Suasana rumahku begitu hening, karena yang lain telah terlelap pulas. Aku duduk menghadapi gelas Salad Buah Yoghurtku.

Sendiri. Hanya aku & segelas Salad Buah Yoghurt.

Sesaat sebelum mulai menyantapnya, perhatianku terusik akan warna – warni dari dalam gelas. Putihnya apel, berbaur bersama warna merah marun si anggur, berhadapan dengan warna oranye dari daging buah jeruk dan si hijau anggur. Kehadiran warna merah cerah dari agar – agar jeli juga semakin menambah semarak isi gelas…… Terlebih ditutup dengan cairan putih susu dari yoghurt.

Terdiam menatap gelas, aku membayangkan beberapa  peristiwa dalam hidupku. Kadang penuh tawa suka cita diselingi derai air mata. Sekejap ceria, sedetik kemudian dirundung duka. Because, that’s life…..Life is never flat, isn’t it?

Pernah satu ketika, aku mengeluh dan berucap “Ayah….mengapa hidupku terasa berat sekali ?” Dan jawab  Ayah, “Nak, setiap detik peristiwa kehidupan setiap umat manusia menggoreskan warna.  Merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila,ungu dan banyak lagi warna.  Taruhlah satu peristiwa membahagiakan sedang menghampiri, maknai itu sebagai sebuah warna “kuning” dan hidup akan bersinar cerah karena “kuning” yang datang. Hidup terasa gemerlap  apik dipandang dengan warna – warni yang cemerlang.

 Di lain kesempatan, bukan warna – warni cerah, namun berganti dengan hitam yang kelam. Hidup pun berubah gelap dan pekat.  Maka, jangan pandangi hidup berdasarkan satu per satu warna saja, terlebih di saat kegelapan sedang menghampiri. Jangan hanya fokus pada warna hitam kehidupan, atau berlama – lama girang menatap warna cerah kehidupan. Pandangi setiap warna yang hadir sebagai satu kesatuan, maka PELANGI-lah yang akan tampak di hidup kita dan yang menurut pandangmu berat, sesungguhnya itu INDAH, Nak !!

Tuhan selalu mencipta segala sesuatu sempurna dan imbang. Habis gelap, pasti akan terbit terang. Kehidupan masa muda akan berganti dengan masa tua. Pun jika saat ini tubuh mengalami satu peristiwa sakit, yakinlah insya Allah suatu saat akan datang obat menuju kesembuhan dan hidup sehat kembali.  Bersama kesulitan selalu ada kemudahan, Nak….itu janji Allah yang telah termaktub di dalam kitab suciNya. Yakini……. J
***

“Oh Ayah…..inikah yang Ayah maksud ? Memandang warna – warni peristiwa di hidupku, seperti saat ini aku tengah memandangi  warna – warni di dalam gelas Salad Buah Yoghurt ? Semarak aneka warna , tampak indah dan menggugah seleraku. …….

Lalu, ketika kucicip….. aneka rasa berpadu satu di lidah diterjemahkan sebagai satu sensasi LEZAT! oleh otakku.


Di sini, di jam ini…..
Antara Aku, Lewat Tengah Malam & Salad Buah Yoghurt




Kamis dinihari
14 Juli 2011, pukul 00:41 WIB

Kamis, 14 Juli 2011

Terinspirasi Darinya, Seorang Penjaja Kerupuk Ikan

“Krupppuk !  kruppuk rasa ikan...kruppppuk gurih… kruppuk lezat… ”

Pukul 09.30 pagi.
Ah! Si Bapak penjaja kerupuk itu lewat depan rumah. Setiap hari suaranya selalu dinanti, dengan nadanya yang khas menjajakan bertumpuk kerupuk di atas pikulannya. 
Untuk satu bungkus kerupuk, isi 10 buah dihargai Rp 5.000. Sedikit lebih mahal memang bila dibanding harga kerupuk sejenis di pasar tradisional. 

Foto diambil dari vendworld.blogspot.com

“Kriyuk !” pada gigitan pertama.
“Renyah dan gurih betul rasanya” 


“Kriyuk ! ” pada gigitan kedua.
“Rasa ikannya terasa sekali”


“Kriyuk…kriyuk !!” pada gigitan-gigitan selanjutnya
Ingatan lantas menerawang. Padanya si Bapak penjaja kerupuk. 


Usianya mungkin sekitar 35 -40 tahun. Secara fisik, tubuhnya tegap dan terlihat sehat. Ia selalu tampak rapi dengan kemeja dimasukkan dalam celana panjangnya. Ikat pinggang tampak melingkari pinggangnya. Untuk sedikit melindunginya dari panas sengatan matahari, atau rintik air hujan, tak lupa ia kenakan sebuah topi. Sebagai sentuhan terakhir, kacamata hitam pun ia kenakan. Trendy sekali si Bapak :-)
Sebuah tiang gantungan baju, ia ubah fungsinya menjadi sebuah tiang penggantung krupuk – krupuk dagangannya. Pada tiang itu, tampak menempel sebuah alat pengeras suara, yang dapat membantunya menjajakan dagangan hingga ia tak perlu berteriak susah payah. 


“Krupppuk ! krupppuk ! kruppuk gurih… kruppuk lezat… rasa ikan” seperti itulah si Bapak menawarkan dagagannya, sambil memanggul tiang tersebut di atas bahunya. Perlahan, setapak demi setapak ia melangkahkan kakinya di tepi jalan, kadang malah terlihat terlalu ke tepi hingga ia dan dagangannya tak jarang terperosok jatuh gara – gara menabrak sebatang pohon. Dalam payahnya, ia kembali bangkit, dibantu beberapa orang yang bersimpati padanya, memanggul kembali dagangannya, mengucapkan terima kasih pada yang telah membantunya, lantas kembali berjalan dan menjaja krupuk – krupuknya sepanjang hari.


Jika ada pembeli memanggil, dengan senyum ia layani sepenuh hati. Saat pembeli menyerahkannya selembar uang Rp 20.000 untuk sebungkus krupuk seharga Rp 5.000, dengan lihai ia kembalikan sisanya Rp 15.000. **Tak kurang dan tak lebih**


Jika waktu shalat memanggil, tak pernah alpa ia langkahkan kaki menuju masjid terdekat. Ia serahkan beberapa menit waktunya untuk khusyuk menunaikan shalat. Setelahnya, sering ia tampak duduk di tangga masjid, mungkin juga sembari beristirahat sejenak, ia jajakan krupuk – krupuk dagangannya pada tiap jamaah yang lewat di hadapannya.


Jika lelah tubuh terasa, dan kantuk mulai menerpa, ia pun tanpa ragu berhenti di emperan sebuah toko atau bank untuk ”numpang” tidur. Beberapa menit kemudian ia sudah tampak pulas tertidur duduk sambil memeluk krupuk – krupuk dagangannya. 
Tiba – tiba saja ia terbangun karena telepon genggam di sakunya bergetar, ternyata ada sebuah pesan singkat yang masuk. Seseorang yang kebetulan sedang duduk di sebelahnya menawarkan bantuan untuk membacakan pesan singkat tersebut. Dengan senyum, si Bapak tuna netra ini berujar, ”Terima kasih...Alhamdulillah hp saya bisa bicara”. Dan betul saja, dengan lihai, ia tampak menekan – nekan tombol di telepon selulernya. Setiap ditekan, maka akan terdengar sebuah suara, dan dari petunjuk suara itulah si Bapak dapat menggunakan ponselnya tanpa kesulitan sedikitpun. Begitu juga saat sebuah suara terdengar dari ponselnya, sebuah suara menyuarakan pesan singkatnya.

***


Lamunanku buyar, seiring dengan habisnya sebuah krupuk yang kumakan.

Dari segigit demi segigit krupuknya, selain gurih dan renyah rasanya, terasa pula SEMANGAT si Bapak. Meski dunianya, maaf, gelap gulita.... meski tak setitik pun cahaya bisa ia lihat...Di balik kacamata hitamnya, dunianya tetap saja berputar, dunia baginya tetap saja indah, terpancar dari senyum tulus yang senantiasa tersungging di bibirnya. 

Dalam gelap dan hitam dunianya, meski indera penglihatnya tak berfungsi tapi tak membuat mata hatinya mati karena ia memang tak pernah membiarkannya untuk mati. Ia selalu ingat AllahSWT, Tuhan Sang Maha Pencipta. 



Gambar diambil dari m.ngerumpi.com

Hari demi hari, ia lalui tanpa alpa bekerja. Terus dan terus menawarkan krupuknya, dengan langkah yang tak pernah terlihat ragu, ia terus berjuang karena baginya hidup adalah ibadah, harus diwarnai dengan perjuangan. Begitulah ia, bahkan untuk melangkah satu tapak pun baginya adalah perjuangan, menapak dalam gulita sambil memanggul tiang dengan krupuk - krupuk bergelantungan yang bebannya juga pasti cukup berat, resiko jatuh atau tertabrak pun tak gentar ia hadapi, tapi toh tak buyarkan niatnya untuk terus memperjuangkan sesuap nasi karena baginya tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah. 

Untuk perjuangan yang penuh SEMANGAT itu....sungguh, aku salut !!