Senin, 02 Januari 2012

Ini Aku atau Keledai ?


Pukul 21.04
Aku sedang sendirian di kamar. Tepatnya di pojok ruang, menghadapi layar komputer yang kursornya tak henti berkedip seolah ingin terus menyemangatiku untuk mengetikkan kata – kata. “Ayo ! Ayo!” mungkin seperti itulah sang kursor akan berteriak apabila ia bisa bicara. Sayangnya tidak. Ruang kamarku tetap saja senyap. Yang kudengar hanya desingan mesin kipas angin yang sedang bekerja memutar baling – baling menghasilkan, tentu saja,  angin. Atau sesekali suara cicak berdecak dari atas tembok kamarku. Sayup, kudengar pula suara hewan tokek seolah sedang sibuk menyapa malam. Hawa dingin menyusup dari balik kisi – kisi jendela terasa sejuk di kulitku. Hening ini begitu menginspirasi.

Beberapa hari yang lalu, sepupuku bertandang ke rumah orang tuaku. Ia datang bersama suami, ibunda nya tercinta (yakni budhe-ku) dan salah seorang anaknya. Kami melepas rindu dan bercengkrama bersama, maklum kami jarang sekali bertemu. Dalam setahun frekuensi pertemuan kami bisa dihitung dengan jari. Di tengah obrolan, tanpa sengaja mataku tertumbuk pada dua buah buku yang diletakkan di meja sudut ruang tamu. Spontan aku bertanya : “Buku siapa itu?”. “Buku saya...” jawab Mas Aji, suami sepupuku. Aku segera beranjak menghampiri meja tempat kedua buku itu diletakkan, begitu semangatnya hingga aku lupa meminta ijin terlebih dahulu pada sang pemilik bahwa bukunya hendak aku lihat..... (kebiasaan buruk, hehehe...).

Buku pertama berjudul : Notes From Qatar by : Muhammad Assad. Buku ini berisi kumpulan tulisan Muhammad Assad yang biasa dicantumkan di blognya : www.muhammadassad.wordpress.com. (mau blogwalking dulu ahh sebelum baca bukunya...hehehe).  Sementara buku kedua yang langsung menarik perhatianku berjudul : Indonesia Mengajar. Kenapa aku tertarik ? Karena sebelumnya aku pernah menyaksikan salah satu episode KickAndy menayangkan kisah para pengajar muda yang ditempatkan di beberapa pelosok Indonesia. Begitu inspiratif !

Masih asyik kumembolak – balik halaman salah satu bukunya, tiba – tiba saja Mas Aji berujar : “Kamu nulis lagi dong, Fi....”.

Aku sedikit terhenyak mendengar perkataannya. Teringat bahwa memang telah cukup lama aku tak lagi tampak fokus dan serius menarikan jemari di atas papan keyboard komputer. Jikapun komputer kunyalakan, itu adalah karena aku hendak mendengarkan musik melalui koleksi MP3 yang tersimpan dalam memori komputer, atau online bergabung dalam situs jejaring sosial facebook untuk sejenak melihat kabar teman – teman, melepas rindu atau sekedar ber – haha – hihi dengan mereka.

Tapi untuk menulis :  t i d a k   p e r n a h.

Selain karena “sok sibuknya” aku belakangan ini (padahal toh tak ada kesibukan, hehehe...), seperti yang telah kusebut di awal, inspirasi seolah pergi entah kemana. Berkali – kali telah aku coba duduk manis di depan komputer menyerahkan dan menyiapkan diri untuk menulis, tapi nyatanya selalu berakhir nihil. Layar putih di hadapanku tetap saja bersih.

Bahkan untuk mengisahkan kejadian sehari – haripun tak mudah ternyata.

Lalu terduduklah aku di sini. Jarum jam telah beranjak menunjukkan pukul 22.43 WIB. Berarti  telah lebih dari 60 menit aku anteng di depan komputer dan hingga kalimat ini berakhir pada sebuah ‘tanda seru’, aku telah berhasil merangkai sebanyak 504  kata !
Horeeeeeeeeeeeeeee.... !!

Suatu kemajuan bagiku, melihat jumlahnya yang cukup banyak & mengingat hasil yang kudapat selama ini dari (berusaha) menulis lagi, yaitu : nihil.
Ahh, (lagi - lagi) kupahami bahwa ternyata, untuk menulis tak cuma dibutuhkan inspirasi, rasa cinta, sarana menulis, suasana yang kondusif, bla bla, bla dan bla namun ternyata juga dibutuhkan sepenggal kalimat.

Sepenggal kalimat ?

Iya....

Sepenggal kalimat yang (akhirnya) mampu menelurkan sebuah keputusan : “Baiklah, aku akan memulai lagi”

Sepenggal kalimat yang ikut andil dalam terhiasnya layar putih komputer ini dengan tebaran kata beraneka makna. (Tanpa jelas maksud & tujuannya, hehehe)

Sepenggal kalimat yang (akhirnya lagi) berhasil memaksa inspirasi untuk muncul ke pojok ruang tempat bertenggernya aku di atas kursiku hingga bahkan mampu menggerakkan jemari mengetikkan apa yang terpikir di benak.

Sepenggal kalimat senada : “Kamu nulis lagi dong, Fi...”

Sepenggal kalimat yang bermakna : m o t i v a s i.

Hihihihi....lucu ! Karena jika dipikir, aku ini kok jadi seperti keledai yang harus menunggu dipukul dulu baru ia akan bergerak. Atau seperti juga kipas angin di kamarku, yang mesti ditekan tombol “ON” baru ia akan menyala... hehehe
Yah, tapi memang kenyataannya demikian.
Aku memang mesti ‘dipukul’ dulu oleh sesuatu bernama : “motivasi”

Jika boleh meminjam arti motivasi itu sendiri dari Abraham Maslow (nyontek tante Wiki, hehehe), bahwa motivasi adalah alasan yang mendasari sebuah perbuatan yang dilakukan oleh seorang individu. Bahwa dalam kasus ini, alasanku ingin kembali menulis adalah adanya dorongan dari kalimat : “Kamu nulis lagi dong, Fi...”. Setidaknya aku tahu bahwa catatan kecilku ada juga yang membaca (melegakan hatiku, hehehe) dan bahwa ada seseorang yang menungguku untuk berkarya maka aku ingin kembali menulis.

Lebih tepatnya, belajar menulis.  

foto diambil dari Google


Sekian & terimakasih
*Pojok Ruang Fi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar