Kamis, 23 Februari 2012

Hampa

Menulis apa saya ini ?

Entahlah...

Saya hanya ingin mengisi lembar putih ini dengan tak membiarkannya kosong atau hampa.

- Saya benci kehampaan -

Foto diambil dari Google



Karena dalam hampa ada sendiri, dan sendiri itu bermakna sepi. Di dalam sepi akan ada sedih menghantui.

Hmmm... Benarkah ?

Harusnya kehampaan itu tak melulu ditafsirkan sebagai sepi – sedih – sendiri. Meski tak selalu, namun tak jarang pula buah karya tercipta melalui ruang sendiri. Novel “Perahu Kertas” karangan Dewi “Dee” Lestari, misalnya. Bahkan Dee, Sang Penulisnya, sebagaimana ia ceritakan di dalam Journal of a 55-Days Novel,  menyengajakan diri menyewa sebuah kamar hanya agar ia bisa fokus menyendiri “melayarkan” Perahu Kertas – nya itu. 

***

“Tik tok ! Tik tok ! Tik tok !” terdengar detak jarum jam di samping meja tulis.

Saya meliriknya, menyusul pula pada benda – benda lain di kamar tempat saya berada ini.

Hmm, sebenarnya saya tidak benar – benar sendiri. Di sekeliling, masih ada benda – benda padat seperti : meja tempat saya menulis, kursi tempat saya duduk, hingga komputer tempat saya mengetikkan uneg – uneg ini. Belum lagi lemari, tempat tidur dengan isi yang memenuhinya, tirai dan ah iya... Jendela !

Masih ada lagi benda cair di kamar ini : air minum dalam gelas hijau saya, cairan pewangi pakaian,  cairan obat – obatan, cairan obat nyamuk, cairan cologne,  dan entah apalagi yang belum saya sebut.

Saya pun diselubungi oleh materi gas berupa gas Oksigen yang kapan saja bebas saya hirup tanpa batas.

Semua benda : padat, cair dan gas ini, masing – masing tersusun oleh partikel – partikel hingga yang terkecil sekalipun disebut atom.

Aa’- Aa’ yang sering muncul di televisi itu kerap menyebutkan firman Allah SWT dalam kitab Al Qur’an yang berbunyi : “Langit yang tujuh, bumi, dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. Sungguh, Dia Maha Penyantun, Maha Pengampun. (QS Al Isra’ : 44)”

Hanya saja saya tak mampu melihatnya, tapi saya yakin bahwa kesendirian saya sebenarnya berteman partikel – partikel benda di sekeliling saya yang tak pernah henti bertasbih menyebut asma Allah SWT.

Allah SWT !

Satu nama yang jarang saya sebut akhir – akhir ini.

Pantas saja saya merasa sepi – sedih – sendiri di dalam hampa ini !

Saya lupa.

Bahwa sejatinya Allah itu dekat, tak kemana.

Foto diambil dari Google




Bahkan lebih dekat dari urat nadi sekalipun.




Dalam hampa yang tak lagi sepi - sedih - sendiri,
Love,
Fifi Carmelia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar